“Wahai Dzat yang Membolak-balikkan Hati, Tetapkan Hatiku Dalam Agama-Mu”
” seorang mencoba menyembuhkan hati
terluka sedang dalam pengembaraan ….mengalami kesepian,kesedihan
mendambakan kasih NYA demi kepuasan dan kebahagiaan hidup dan hatinya “
Setengah di atas Bumi : Maaf..
Dalam hati sedikit mengusik, sebenarnya tidak ada kata terlambat
untuk memulai suatu hal dari pada tidak sama sekali. Namun, keyakinan
itu sempat goyah di saat aku merenungi “kenapa tidak sejak sedari dulu?”
Pemikiran-pemikiran kadang kala muncul di saat yang tidak tepat,
mungkin hal itu bergantung dari tingkat kedewasaan seseorang untuk
memikirkan dirinya menuju hari depan. Justru kadang yang lebih baik itu
ada di depan mata kita, tetapi kita tidak menyadarinya atau yang lebih
baik menurut kita ternyata adalah yang terburuk untuk kita.
Tak selamanya apa yang kita harapkan menjadi kenyataan, setiap orangpun tahu dengan kalimat ini :
Manusia yang merencanakan dan Tuhanlah yang menentukan. Semua kejadian telah di gariskan oleh Yang Maha Kuasa.
Hari-hari berlanjut, tahun demi tahun telah di lalui. Kemanakah jejak
akan terparkir menuju kebahagiaan yang hakiki. Saat ini masih tengah
mencari ketepatan dalam langkah dimana langkah itu harus sehati dengan
jiwa. Bulir cinta yang pernah aku lalui tak berjalan sesuai rencana, dan
muncul dalam relung yang paling kecil : demikian waktu yang tak
diijinkan oleh Yang Maha Kuasa. Ada waktu yang terbuang bagiku,
bagaimana tidak aku berpikiran seperti itu? Ada layak kesal dan benci
berbaur jadi satu. Sebenarnya itu bukanlah sifat yang baik, namun aku
jugalah manusia biasa yang tak luput dari dosa. Sedikit dan banyak sesal
yang bertumpuk dalam susunan buku-buku cerita selama aku mengarungi
suatu hubungan. Pedih dan perih hati, terkoyak dan tercabik-cabik.
Inginnya aku tak mempedulikan,akan tetapi serpihan masa itu membuat
kerap tajam jika terlintas dalam benak. Berusaha masuk dengan susah
payah bertengger di dalam kepala. Mengapa aku mempunyai perasaan seperti
itu? Padahal hidup dalam masa lalu adalah keterpurukan yang paling
dalam dan mau tidak mau akan mengalami keidiotan luar biasa.Sama saja
dengan membunuh semangat , memupus tekad dan menyia-nyiakan waktu. Namun
terus terang sulit menguburkan masa itu sekian detik, dalam jangka
waktu 5 tahun tanpa menghasilkan, yang ada adalah upaya pengkhianatan
yang membunuh rasa secara berkala. Awalnya apakah aku dapat menerima
kedustaan dan penipuan perasaan? Demikian aku merasa di curi : yaitu
waktu. Dan hebatnya, aku mendengar : tak hanya waktu yang di rebut
olehnya akan tetapi perasaan dan juga materi. Humm.. Pemanfaatan yang
sangat tertutup. Tapi dengan demikian hanya Allah SWT lah yang tahu
dengan niat hati setiap manusia. Wallahu’alam..
Aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya berusaha mengubur dan
melupakannya dan tak berharap untuk bertatapan dengannya lagi.Walau dia
telah berusaha memasang wajah dan berkata dengan lambaian manis,
entahlah.. Padahal kata maaf adalah obat mujarab untuk menjalani hidup
dengan bahagia. Ya, aku berusaha memaafkan tapi aku harus melupakannya.
Aku harus menjadi manusia yang berpikiran jernih dan tidak mau terlibat
sedikitpun menoleh ke belakang. Segala sesuatu itu bergerak menuju ke
depan.
Setengah di atas bumi? sepertinya belum tepat aku mengatakannya
bahkan aku sendiri tidak tahu. Hidup manusia hanya Tuhan yang
berkehendak. Aku berusaha menjalani dengan sebaik mungkin dengan menjadi
diri sendiri. Memerankan peranan yang memang diperuntukan aku di atas
bumi ini. Aku sadar bukanlah manusia yang baik dan sebijak kata-kata
indah yang dapat memotivasi orang-orang disekelilingku untuk menjadi
lebih baik. Padahal masih banyak yang harus kuperbaiki dalam hati dan
pemikiran di diri ini. Berusaha baik perkataan dan perbuatan dan
berusaha memberikan cinta untuk Sang Pencipta. Dan aku sadar cinta
milikku belumlah sempurna masih banyak kekurangan yang tak berkenan tapi
aku tahu Ia mencintai setiap umat-Nya.
“Maaf’’, aku belajar memaafkan orang lain apapun kesalahannya.
Melupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi. Karena mengingatnya
adalah suatu kebodohan dan kegilaan. Selain itu, belajar untuk berkata
“Maaf” terhadap apapun kesalahan yang telah aku perbuat : kecil atau
besar baik yang di sengaja ataupun tidak di sengaja.
“Maaf, maafkan aku yang telah berbuat salah kepadamu, baik kata dan polah entah pemikiran buruk terhadapmu..”
“Maaf, maafkan aku Tuhan, yang selalu mengingkari perintah-Mu..”
“Wahai Tuhan ku tak layak ke syurga-Mu
Namun tak pula aku sanggup ke neraka-Mu
Ampunkan dosaku terimalah taubatku
Sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku bagaikan pasir di pantai
Dengan rahmat-Mu ampunkan daku oh Tuhanku
Wahai Tuhan selamatkan kami ini
Dari segala kejahatan dan kecelakaan
Kami takut kami harap kepada-Mu
Suburkanlah cinta kami kepada-Mu
Kamilah hamba yang mengharap belas dari-Mu” (Syair : Dzikir & Nasyid)
by maulana lana