SELAMAT DATANG DI BLOG CAH SEMAR - NGELOWETAN MIJEN,DEMAK

Rabu, 07 Maret 2012

Masa lalu ku

Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku.
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, kenbah Mandalawangi.
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)


Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu
ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,
lebih dekat.
(lampu-lampu berkedipan di demak yang sepi
kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti demak kita)

apakah kau masih akan berkata
kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
(haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
dalam bahasa yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu)

manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan
dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.
 
by maulana lana


Awal Sejarah Demak Bintoro

Membahas tentang sejarah kadang-kadang terlalu pahit untuk ditelan dan terlalu pedas untuk dirasakan, apalagi membahas sejarah di mana kala itu masalah tulis menulis belum mendapat perhatian,  sungguh sulit untuk merasakan, apalagi untuk menentukan letak, tahun sungguh sulit sekali untuk mencari tahu. Sejarah berdirinya suatu kerajaan adalah cermin kaca benggal yang pernah memuat berbagai fakta yang terjadi pada masa silam. Segala sesuatu yang telah tergores dalam kaca sejarah tak lagi dapat terhapus. Orang boleh bilang apa saja, namun kenyataanlah yang selalu dipercaya. Orang yang senang dan apalagi ada pesan politik di dalamnya pasti selalu menyanjungnya, bahkan mungkin mengkultuskanya, namun yang tidak senang pasti akan berusaha untuk menghapuskanya dan akhirnya melupakannya. Namun bagaimanapun juga tindakan semua itu tidak akn mampu untuk melenyapkan kebenaran sejarah. Orang bisa saja membuta berbagia macam tafsir, namun kenyataaan sejarah yang ditafsirkan tidak akan berubah.
Begitu pula sejarah kejayaan Kesultanan Demak terlalu banyak menyimpan fakta sejarah yang menarik untuk di ungkit kembali. Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Demak bukan hanya menjadi romantisme sejarah dari perlihan peradaban HIndu-Jawa ke Islam, namun juga merupakan bukti sejarah tentang pergulatan politik yang terjadi ditengah Islamisasi pada masanya. Secara jujur jika diamati Demak memiliki banyak sejarah yang telah ilang, karena jalanya sejarah banyak yang tak tertulis.
Pertama : Ada berbagai fersi mengenal kapan kerajaan itu berdiri. Ada yang menyebut tahun 1478 M, yang mengacu pada cadasengkala, Sirna Ilang Kertaning Bhumi . Tahun Caka 1400 ( Sirna=0, Ilang=0, Kertaning=4, Bhumi=1 ). Tapi ada juga yang mengacu pada sinengkalan, Geni Mati Siniram Janmi, Tahun Caka 1403 yang berarti tahun 1481 M, bahkan menurut Tim Peneliti Sejarah berdirinya kota Demak, Raden Fattah dinobatkan sebagai sultan Demak yaitu pada tanggal 12 Robiul awal tahun Caka 1425 (28 Maret 1503 M) setiap tanggal tersebut selalu diperingati sebagia hari jadi kota Demak.
Kedua : Sejauh ini belum diketahui secara pasti letak bekas keraton Demak. Banyak sejarahwan yang datang untuk meneliti dan mencari tahu keberadaan keraton, nmun hingga kini lokasi keraton itu masih misteri, mungkin keraton Demak dulunya memang tidak ada atau mungkin keraton telah di hancurkan oleh lawan-lawanya.
Kesulitan melacak keberadaan keraton, dimungkinkan karena masa pemerintahan kerajaan Demak tak berumur panjang, yakni hanya tiga generasi saja. Sultan Fattah memerintah tahun 1478 M – 1518M, Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) hanya memrintah selama tiga tahun yaitu 1518 M – 1521M. Dilanjutkan Sultan Trenggono memrintah tahun 1521M – 1546M, yang sekaligus menjadi sultan terakhir di kesultanan Demak. Setelah itu terjadilah perebutan kekuasaan antar keluarga antara Aryo Penangsang dan Jaka Tingkit yang akhirnya di mengkan oleh Jaka Tingkir. Kemudian pusat pemerintahan kerajaan ke Pajang (dekat Solo) di perintah oleh Sultan Hadi Wijaya (Jaka Tingkir) sejak saat itu era kerajaan Demak praktis telah berakhir, dengan meningglkan banyak catatan sejarah yang hilang.
Demikian sejarah  Kerajaan Demak.