Ini kisah mengenai sebatang bambu. Sebatang bambu
yang senantiasa setia menaungi rumah seorang tukang kayu di sebuah
desa. Awalnya ia diambil dari hutan oleh si tukang kayu beberapa tahun
lalu. Kini, ia telah berubah menjadi bambu besar yang rimbun dan
dapat menjadi tempat berteduh orang orang yang kepanasan di musim kering
dan tempat berlindung sementara bagi mereka yang kehujanan
Begini kisahnya: Alkisah hiduplah sebatang bambu yang tumbuh di
halaman muka rumah seorang tukang kayu. Sepanjang hari bambu ini memberi
kesejukan kepada rumah tukang kayu. Ia juga menjadi tempat bermain bagi
burung-burung. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara
batang-batang bambu lainnya. Selain itu banyak pula orang orang yang
berteduh dibawahnya sekedar melepas lelah. Hingga suatu ketika datanglah
musim kering yang berkepanjangan. Satu persatu pohon-pohon di
sekitarnya mulai rontok. Sawah mulai kering dan sumber air satu-satunya
yang terdekat adanya dipuncak gunung. Menuju kesana bukanlah perjalanan
yang mudah. Tetapi satu-satunya jalan terbaik untuk mencari air adalah
naik ke puncak gunung itu.
Hingga suatu hari datanglah si tukang kayu. “Wahai bambu, maukah engkau menolong kami para warga desa ini?”
“Dengan senang hati. Tapi bagaimana caranya?” jawab bambu
berseri-seri. Pikirnya, pasti permintaan ini tidaklah sulit. Bukankah
selama ini ia telah dengan setia menjadi pelindung rumah tukang kayu
dari badai? Bukankah selama ini ia telah menjadi tempat berteduh bagi
orang-orang yang lalu lalang?
Tukang kayu berkata lagi kepada batang bambu, ”Wahai bambu, maukah
engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air untuk desa ini?”
Batang bambu menjawabnya, ”Oh, tentu saja! Aku pasti sangat senang bisa membantu desa ini. untuk menjadi pipa saluran air itu”.
“Ya, nanti engkau akan menghubungkan desa ini dengan puncak gunung
itu sehingga desa ini tidak akan pernah lagi kekurangan air. Kalau
begitu aku akan menebangmu sore ini. Lalu besok bersama penduduk desa
kami akan membuang cabang-cabangmu lalu akan membelah-belah engkau
sesuai dengan kebutuhan. Terakhir kami akan membuang sekat-sekat yang
ada di dalam batangmu supaya air dapat mengalir dengan lancar. Barulah
kemudian kami akan meletakkanmu sepanjang desa ini sampai ke puncak
gunung itu. Lalu kami akan menyambung bilah bilahmu sehingga jadilah
pipa panjang yang terbuat dari dirimu. Sanggupkah engkau?”
Batang bambu lama terdiam.
Kemudian dia berkata kepada, ”Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Kemudian dia berkata kepada, ”Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Tukang kayu menjawab, ”Engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku
memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada
rumpun ini. Jadi tenanglah”.
Akhirnya batang bambu itu pasrah. Sore itu ia menebang batang bambu
itu dan keesokan harinya dengan dibantu oleh seluruh penduduk desa
mereka membuat saluran air yang diperlukan. Beberapa hari kemudian di
halaman desa semua orang beekumpul untuk menyaksikan aliran air pertama
yang dialirkan dari puncak gunung. Ketika air itu masuk ke penampungan
seluruh penduduk bersorak tanda suka cita. Sang bambu pun menangis haru
dan bahagia.
—
Kita semua pasti pernah mengalami hari hari yang berat. Cobaan yang besar yang membuat kita sulit untuk berdiri kembali. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yang berat itu Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi lebih indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu, kita sedang ditempa. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberi beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi sesama? Semuanya terserah Anda.
—
Kita semua pasti pernah mengalami hari hari yang berat. Cobaan yang besar yang membuat kita sulit untuk berdiri kembali. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yang berat itu Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi lebih indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu, kita sedang ditempa. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberi beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi sesama? Semuanya terserah Anda.